Thursday, April 14, 2011

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA

Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang paling utama. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila ada pekerja yang cedera atau sakit akan memberikan kerugian yang besar bagi perusahaan diantaranya perusahaan kehilangan pekerja yang berpengalaman, terjadinya kerusakan mesin, biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit yang besar (Alli, 2001).
Setiap tahun sekitar 1,1 juta kematian di seluruh dunia karena penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Angka itu setara dengan 5.000 pekerja per hari atau tiga orang setiap menitnya meninggal dunia. Peralihan Melinium kedua dan ketiga mengungkap terjadinya 250 juta kecelakaan yang terjadi di industri-industri  di dunia yang menyebabkan 300.000 kematian (ILO, 2003).
Berdasarkan data Jamsostek, selama Januari-September 2003 terdapat 81.169 kecelakaan kerja diantaranya 8.090 (97%) cacat, 71 kasus cacat total tetap dan 1.321 meninggal dunia. Jika dirata-rata, setiap hari di Indonesia terjadi 451 kasus penyakit akibat kerja dan 44 kasus kecelakaan kerja. Indonesia masuk peringkat paling buruk standar keselamatan kerjanya (ILO, 2003). Dewan Keselamatan dan Kesehatan kerja Indonesia (2004), menyebutkan dari 16.000 perusahaan lokal hanya 80 diantaranya yang telah sesuai dengan peraturan dan mendapatkan sertifikat bebas kecelakaan (zero accident).
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) harus digunakan. Kerena adanya temuan bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia, yaitu: 60% tenaga kerja cedera kepala karena tidak menggunakan topi pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata karena tidak menggunakan alat pelindung mata.
PT. Makassar Tene adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi pabrik gula. Jumlah tenaga kerja PT. Makassar Tene sebanyak 900 orang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari poliklinik PT. Makassar Tene tahun 2009, bahwa penyakit akibat tidak menggunakan alat pelindung diri antara lain luka lecet pada bagian kulit, gangguan mata, dan gangguan pendengaran. Sedangkan penyakit akibat ergonomi yaitu nyeri otot dan nyeri sendi.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan yaitu APD dapat membatasi pergerakan dan penglihatan, atau menambah beban bawaan pekerja (Mokhtar, 1992). Tingkat pengetahuan tenaga kerja tentang alat pelindung diri berbeda-beda. Menurut penelitian di PT. Aneka Tambang UPN Pomalaa Sulawesi Tenggara, bahwa dari 54 responden didapatkan 48 responden yang berpengetahuan cukup tentang penggunaan alat pelindung diri dan 6 responden yang berpengetahuan kurang tentang penggunaan alat pelindung diri (Verawaty, 2001).
Hasil penelitian Andi Nilawati (2003) pada PT. Sekishin Farina Wood mengemukakan, bahwa tenaga kerja dengan masa kerja >4 tahun cenderung mengalami kecelakaan kerja karena tidak menggunakan alat pelindung diri. Hasil penelitian Rosmiati (2004) pada PT. Panca Usaha Palopo Pywood, bahwa 84 responden terdapat 22 merasa sesuai dengan alat pelindung diri dan 62 responden yang tidak merasa sesuai dengan alat pelindung diri. 
Pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses, teknik yang berbahaya tidak sehat atau beracun untuk satu alasan pengusaha yang berwenang harus memerintahkan penggunaan alat pelindung diri (Suma’mur, 1984). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Tenaga Kerja Pabrik Gula PT. Makassar Tene”.

0 komentar:

Post a Comment